Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Papah

Gadis itu menatap ke luar jendela. Ada hujan yang dilihatnya. Sunyi menjalari tubuhnya yang ingin membeku bersama waktu. Jauh dibelakang ia berdiri, orang-orang sedang riuh dalam obrolan-obrolan dunia. Gadis itu tak peduli, telinganya disuruhnya mati mendengar, matanya disuruhnya memandang gelap, hatinya ia biarkan merasa. Tangannya menopang dagu, sayup matanya seolah tak mau berkedip. Angin dan hujan diluar, hanya memandangnya heran. Mereka tak peduli, yang mereka tahu, hanya harus menari diatas tanah hingga lantunan petir berhenti mengiringi langkah gerak mereka. Yang ada dalam kepala gadis itu hanya pria gagah yang ia panggil papah.  *** Saat itu mungkin ia kesulitan mengartikan kematian. Waktu itu ia hanyalah bunga yang baru saja mekar ditaman samping rumah. Saat manusia-manusia lain tengah sesenggukan menangisi kebekuan jasad, ia hanya tahu kalau mereka menyebutnya kematian, tanpa tahu arti kematian itu sendiri. Apa yang bisa dilakukan bunga yang belum sepe...