KITA DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Suatu saat Nelson Mandela mengatakan, “Pendidikan adalah senjata paling kuat, yang mana bisa digunakan untuk mengubah dunia.” Hal ini agaknya benar, mengingat pendidikan adalah bekal penting kita dalam menjalankan kehidupan. Pendidikan memiliki peran penting sebagai tuntunan dalam hidup.

Sering sekali pengambilan keputusan dan pekerjaan kita dipengeruhi oleh pendidikan yang kita dapatkan.  Pendidikan pada akhirnya  akan menuntun ke segala kekuatan kodrat pada peserta didik agar mereka sebagai manusia, dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.  Mengingat begitu besar peran pendidikan dalam perkembangan kehidupan peserta didik, maka peran guru atau pendidik sangat penting.

Walaupun pada akhirnya, sebagai guru tidak bisa menentukan arah hidup seorang murid, tapi pendidikan yang diberikan selama sekolah ini lah yang perlu dikuatkan. Karena mendidik, berarti sedang memberikan bekal kehidupan, memperkenalkan ilmu memanusiakan manusia dan memberikan “senjata” pada murid untuk kecakapan hidup.

Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, telah memperkenalkan kepada kita bahwa pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter dalam diri peserta didik. Mendidik berarti bukan hanya menitik beratkan pada kecerdasan siswa, melainkan karakter juga sangat diperlukan. Karena karakter itulah siswa-siswi pada akhirnya tidak terjerumus.

Menurut Ki Hajar, pendidikan karakter ada beberapa tahapan. Hal ini dibagi sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik. Di jenjang pendidikan taman kanak-kanak merupakan tahapan syari’at. Di tingkat ini anak-anak memulai untuk membiasakan berperilaku baik menurut ukuran umum. Mencontohkan sikap kepada anak-anak, bagaimana hormat kepada orangtua dan guru.

Pada tingkat selanjutnya, yaitu  sekolah dasar, Ki Hajar menyebutnya sebagai tingkat hakikat. Di tingkatan ini, anak terus dibiasakan berperilaku baik menurut ukuran umum, dan diberi pengertian mengapa harus berbuat demikian. Jadi, pada tingkat ini siswa diperkenalkan untuk memahami makna dari sebuah tindakan, yang pada akhirnya mereka jadi tahu bahwa misalnya, mengucapkan salam sewaktu bertemu teman itu sangat penting. Memberi salam dapat menimbulkan ikatan hati dan keakraban lahir-batin antarteman.

Pada tingkat SMP, Ki Hajar menyebutnya sebagai tingkat tarikat. Selain dibiasakan berperilaku baik, diberi pengertian, juga secara bersamaan disertai aktivitas pendukung yang cocok. Siswa akan diperkenalkan dengan beberapa di antaranya;  olah rasa dan karsa, kesenian serta olah raga.

Pada tingkatan selanjutnya, yaitu tingkat SMA adalah makrifat. Ini adalah tahapan pendidikan karakter paling penting menurut saya. Pada tingkat ini selain pemahaman, siswa dituntut untuk kesadarannya dalam melakukan hal-hal yang dapat memicu tumbuhnya karakter yang baik.

Pada akhirnya, menumbuh kembangkan pendidikan karakter adalah suatu keutamaan yang harus dilakukan oleh seorang pendidik. Sebagai pendidik, kita tidak bisa mengontrol kodrat seorang anak, atau secara terus menerus kita mendampingi seorang siswa sampai ia dewasa. Upaya yang harus kita lakukan adalah menyampaikan pendidikan yang pada akhirnya pendidikan itu menjadi sebuah memori atau kenang-kenangan yang baik dan akan diingat selamanya oleh siswa. Kenang-kenangan itulah yang akan tumbuh bersama siswa sebagai bagian dari masyarakat dengan kepribadian yang unggul, inovatif serta berbudi luhur.


Foto diambil sebelum masa pandemi. 

 

Pendidikan karakter yang melekat pada seorang siswa, akan menjadi identitas penting yang akan terus dilihat dan diingat oleh masyarakat secara luas. Misalnya, kita bisa memulai dengan menanamkan nilai keindonesiaan sepeti; kearifan lokal, regional serta nasionalisme kepada anak. Ketika sampai pada tahap si anak sudah berkarya untuk dunia, masyarakat tetap bisa melihat dia sebagai Indonesia.

Menanamkan pendidikan karakter pada anak bukan semata tugas seorang guru, justru pada tahap awal sebagai tahapan yang penting, orangtua memiliki peran yang besar. Stimulasi pendidikan karakter oleh orangtua kepada anak harus konsisten.

Sebagaimana yang Ki Hajar Dewantara ajarkan, bahwa kita semua adalah guru, kita para orang tua adalah guru bagi anak-anak kita Kita adalah murid, yang bisa belajar lewat proses mendidik. Kita sering sekali menganggap bahwa guru itu hanya profesi orang-orang di sekolah. Padahal pada pelaksanaannya, membangun pendidikan karakter harus dimulai dengan gerakan para orang tua, membangun terlebih dahulu karakter mereka. Kita semua harus kembali hidup dengan akal budi. Kita semua adalah guru, kita semua adalah murid.

#CerdasBerkarakter #BlogBerkarakter #SeruBelajarKebiasaanBaru #BahagiaBelajardiRumah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Langit

Kenikmatan Pagi Hari