Pulangnya Anak Ayam
Anak ayam itu memulai
perjalanannya senja hari nanti. Dia sudah membayangkan bertemu induk dan anak
ayam yang lain. Perlahan tapi pasti, langkahnya menuju kandang ayam induknya,
menunjukkan kesungguhan dalam setiap derap kaki mungil anak ayam itu. Para tentara
dengan sepatu beratnya, sepertinya kalah semangat. Dia hanya sendiri melangkah,
hanya ditemani harapan-harapan dan mimpi.
Anak ayam itu sudah terlalu lama
keluar kandang. Burung elang yang akan memangsanya kapan hari, pertemuan dengan
induk cacing yang anak-anaknya telah ia makan, kuman-kuman disela lubang air
pembuangan, atau larva-larva kecil di selokan ujung jalan itu. Semuanya
ditinggalkannya sejenak. Dia hanya berfikir bahwa apa yang didapatnya saat jauh
dari kandang sudah banyak. Tapi dia juga sadar kalau ia masih harus menghabiskan
banyak waktu di luar. Perjalanan kembali
menuju kandang kali ini, karena anak ayam ini sadar, meskipun dia lama
berjalan-jalan, ada satu hal dan amat penting yang ia lewatkan di kehidupan
bersama induk dan ayam yang lain. Dia butuh belajar bagaimana hidup didalam
kandang bersama ayam-ayam, bersama induk dan saudara-saudara ayam yang lain.
Baginya adalah penting untuk
sejenak mengerti tentang kehidupan di dalam kandang ini. Di perjalanan panjangnya,
ia terus berfikir, sebenarnya pelajaran apa yang belum ia dapatkan. Pelajaran yang
amat penting, tapi ia tidak tahu. Dia hanya merasa pelajaran yang akan
didapatnya itu sangat dekat. Dan akhirnya, kaki mungilnya mengantar ia kembali
bersua dengan sang induk.
Perjalanan kembali ini bukanlah
sebuah bentuk kepulangan. Saat ia sampai, dia harus diam dan menetap di sana. Bukan
hal itu yang ia inginkan. Ini merupakan bagian dari perjalanan panjangnya. Tapi
ini bukan singgah atau mampir, ini masalah belajar hidup di dalam kandang.
Saat ia hampir sampai di pintu kandang,
dia sudah mendengar induknya memangil-mangil dan suara-suara ayam yang mulai
gaduh. Pintu kandang itu masih sama dengan pintu yang saat ia tinggalkan dulu. Pintu
itu juga masih sama ukurannya. Hanya saja sekarang banyak rumput di sekitar
kandang itu, dan kandangnya kini hanya satu. Saat ia pergi dulu, ada dua
kandang. Satu kandangnya adalah tempat ia berkumpul dengan induk dan
saudara-saudaranya, sedangkan kandang satunya adalah untuk induk yang sedang
mengerami telur-telurnya. Dan kini saat ia kembali, hanya ada satu kandang
besar, satu kandang tempat ia makan bersama keluarga ayamnya.
Dia telah sampai. Sesaat dia akan
masuk, dia bergumam “ini bukan kepulangan”. Baginya kepulangan adalah menuju akhir,
dan yang paling dekat dengan tempat yang disebutnya “akhir” itu adalah tempat
dimana saat ia menjadi telur dulu.
Komentar
Posting Komentar