Satu Jam Saja

Beberapa waktu lalu, disela-sela memanasnya berita tentang hasil hitung cepat pilpres pada 9 Juli, ada kabar cuaca bahwa suhu Jakarta menembus angka 25 derajat celcius, sedikit dingin untuk Jakarta yang biasa panas. Saya tahu, berita ini tak memiliki pengaruh apapun terhadap booming-nya berita-berita tentang Quick Count. Malam ini, saya tak tahu Jember berapa derajat suhunya, tak ada media yang mau memberitakannya. Ya, memang tak penting. Yang jelas, saya menulis ini pada malam hari dengan mengenakan jaket, Jember sedang dingin.

Kawan saya, di sebelah saya duduk mengajak “panas-panasan!” Mengajak saya menulis cepat, terserah apapun yang ditulis. Selanjutnya tulisan itu akan langsung diposting ke website pribadi masing-masing. Jam sepuluh malam nanti, adalah batas akhir tulisan itu. Tak ada hadiah atau apapun dalam kompetisi ini, Cuma iseng!

***

Beberapa hari ini, saya intens mengamati berita-berita media online dan televisi. Semua pada sibuk memberitakan sesaknya atmosfir politik. Banyak berita satu dan yang lainnya saling bertentangan dalam memberitakan perihal capres. Satu media condong ke kubu satu, media lain condong ke kubu dua. Media-media itu sedang “bertengkar” memperebutkan posisi pembaca dan pemirsa di rumah.

Saat seperti ini, tak baik hanya percaya pada satu sumber berita, harus cerdas melihat pemberitaan media. Tak sedikit dari pertarungan-pertarungan media itu hanya menyampaikan limbah Informasi, hingga mereka tak sadar telah memperkeruh situasi politik di 2014 ini. Untuk berita-berita politik ini, sungguh mencemari ruang pikir saya. Bagaimana tidak, setiap kali facebook atau twitter saya buka, isinya adalah orang-orang yang saling share berita-berita yang mendukung kubu yang sedang mereka dukung. Mulai seniman, wartawan, pebisnis, mahasiswa, aktivis, dan banyak yang lain. Yang mereka perjuangkan memang jelas, tapi saya “sakit” melihat riuhnya pemberitaan media itu. Yang perlu diingat, mematikan facebook atau twitter, juga bukan pilihan yang baik menurut saya. Ya, karena saya sudah terlanjur ketergantungan.

Pilihan saya, tercengang! Dan mencoba memilah setiap “kotoran-kotoran” di dunia maya itu, sambil berharap menemukan “mutiara” di sana.

Belum lagi selesai pertarungan dua kubu calon presiden, kabar heboh dari luar negeri datang. Palestina dan Israel yang saling lempar rudal, saling mengebom, tembak menembak, penuh sesak di wall facebook saya. Yang bikin muak, banyak yang membagikan foto-foto korban perang di sana. Ada bayi yang hangus, kaki dan tangannya hilang, ditenteng oleh seorang bapak. Ada juga anak umur belasan tahun yang kepalanya berdarah, dia sedang menangis, lalu remaja yang lain terkapar dengan kepala hancur dan isi kepalanya keluar. Saya heran, yang nge-share berita macam ini punya perasaan seperti apa?

Belum lagi tulisan-tulisan yang menyertai foto-foto itu, “Allahu Akbar, Selamatkan saudara kita.” Ada salah seorang menyuarakan seperti ini “Alhamdulillah...senyum x perlu kata apa – apa ♡ISLAM ♡MUSLIM ♡PALESTINE,” ada pula yang bersuara seperti ini “Assalamualaikum .... Marilah kita sama sama memberikan sedekah bacaan Al-Fatihah buat saudara saudara kita yang telah menjadi mangsa kekejaman Israel dan juga meluangkan sedikit masa mendoakan kesejahteraan dan semoga mereka sentiasa tabah dan bersabar atas dugaan yang berlaku. Allah is very fairkan. There will be no way He will test us unless He knows that we are strong and capable to go through the hardship. Setiap perkara yang berlaku, pasti ada hikmahnya!Semoga mereka memperoleh kasih sayang dan rahmat Allah, insyaAllah di dunia dan di akhirat. Amin!” Tak lupa disertakan hastag yang seperti ini:

Kutipan di atas tanpa saya tambah-tambahi. Tapi maaf, tak saya cantumkan sumbernya.

Orang-orang yang membagikan berita itu ada dari kalangan pondok pesantren, parpol islam, LSM, organisasi islam, dll. Yang jelas, kondisi ini membuat dubes Palestina keheranan melihat masyarakat Indonesia dengan lantang menyerukan nama Tuhan untuk Palestina. Sedangkan Palestina sendiri hanya butuh pengalaman Indonesia yang pernah berjuang selama 350 tahun dibawah kekangan kolonial Belanda. Begitu yang dimuat salah satu media online ternama.

2014, media membuat pilihan-pilihan yang menyudutkan pembacanya atau pemirsanya. Banyak masyarakat kemudian larut, mereka pada dimabuk selera. Sambil menjalankan puasa, cuaca akhir-akhir ini yang cenderung dingin, saya dihantam dengan berbagai macam hal di atas. Belum lagi Piala Dunia, dimana Italia dan Inggris menangis pulang ke negaranya, sungguh ramai, cepat dan berantakan tahun ini.

***

Nah, malam ini berhasil panas karena ajakan kawan saya selama satu jam tadi untuk berkompetisi menulis. Tulisan ini, tanpa ribet memikirkan satu hal, langsung nulis dan jadilah. Saya menang atau kalah? Kawan saya juga masih di depan laptopnya. Saya, menghianati deadline sebelumnya. Harusnya jam 22.00 tulisan ini sudah harus selesai, pada 22.10 tangan jemari saya baru turun dari keyboard.

Saya berhasil nulis, tapi saya masih mengenakan jaket karena dingin. Saya lanjutkan dengan secangkir kopi dan “sebatang yang menggairahkan” itu saja.

Jember, 14 Juli 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Langit

Kenikmatan Pagi Hari