Framing dan Dua Hal Penting
Dalam
proses bermedia, sebelum sebuah media itu terbit, banyak ritual yang harus
dilakukan terlebih dahulu. Salah satunya adalah mendalami tujuan media itu
sendiri. Mungkin itu adalah hal utama yang terbersit dalam ruang pikir redaksi.
Tujuan disini dilatarbelakangi banyak hal. Kode etik, undang-undang pers,
politik redaksi, kondisi lingkungan sosial, dan banyak yang lain. Satu hal yang
penting dalam ritual bermedia adalah: pembingkaian (framing).
Pembingkaian
realitas, kemudian meramunya menjadi teks berita, merupakan proses terpenting
dalam dapur redaksi. Karena proses pembingkaian itu, menentukan sebuah tujuan
itu sampai kepada pembaca. Salah satu unsur yang perlu dperhatikan dalam proses
framing, adalah bahasa. Bahasa yang dikembangkan
dan penggunaan kata-kata dalam mengonstruksi realitas, dapat ditebak makna dan
citra yang hendak dikembangkan media. Sebab, pilihan kata tertentu dapat
menuliskan realitas. Kata yang digunakan dalam sebuah news, dapat membatasi seseorang untuk melihat perspektif lain.
Menghasilkankan aspek tertentu dari suatu peristiwa, dan akhirnya membawa
khalayak untuk memahami suatu peristiwa. Menurut Kenneth Burke, kata-kata
tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak dan mengarahkan pada cara
berpikir serta keyakinan tertentu, tetapi juga membatasi persepsi khalayak dan
mengarahkan pada cara berpikir serta keyakinan tertentu.
Misalnya, Menurut Deddy Mulyana, ada beberapa
praktik pemakaian bahasa yang perlu diperhatikan. Pertama, penghalusan kata atau makna (eufemisme). Realitas buruk
bisa kembali menjadi halus dengan melakuakan penghalusan kata ini. Hingga
kemudian akan membuat khalayak tidak melihat kenyataan yang sebenarnya. Seperti
pemecatan, menjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), kenaikan harga menjadi
penyesuaian harga.
Kedua, pengasaran bahasa (disfemisme) yang membuat realitas menjadi kasar.
Penggunaan kata ini biasanya dipakai untuk menyebut tindakan petani, buruh dan
rakyat bawah sebagai pencaplokan, penyerobotan dan penjarahan. Bahasa ini akan
menggambarkan bahwa mereka melakukan hal yang illegal dan anarkis. Ketiga, penggunaan labelisasi (labeling).
Merupakan pemakaian kata-kata ofensif pada idividu, atau kelompok dengan segala
aktivitasnya, yang bertujuan memberikan
sifat atau menjuluki objek. Pada akhirnya, labelisasi ini dapat mempengaruhi
pikiran pembaca hingga membentuk citra tertentu. Akhirnya media massa, memang menentukan realitas melalui
kata-kata. Untuk itulah, kenapa bahasa dalam proses framing ini sangat penting.
Selanjutnya adalah sudut pandang
(angle). Hal ini juga tak kalah
penting dalam proses membingkai realitas. Peristiwa tak menarik pun, bisa
sangat menarik jika tau bagaimana melihat dari sudut pandang mana peristiwa
tersebut.
Radar Jember pernah memuat
laporan khusus tentang “Ayam Abu-Abu” pada tahun 2012. Selama bulan Februari di
tahun itu, kurang lebih ada sepuluh berita. Dari sepuluh berita itu, kebanyakan
sudut pandang yang dipakai wartawan, hanya menjelaskan kronologis. Pilihan-pilihan
judul dalam berita itu, juga terkesan hanya untuk meningkatkan oplah. Misalnya,
salah satu judul berita itu “Usia 16 Tahun
sudah Tak Perawan”.
Beberapa waktu lalu, dalam program berita citizen Journalism di NET tv, saat
sedang maraknya kasus pembunuhan Ade Sarah, ada salah seorang pemirsa yang
mengrimkan berita berkaitan dengan kasus tersebut. Namun, pihak NET tv tidak
menayangkan berita kiriman itu. Alasannya karena berita itu hanya menceritakan
kondisi korban dan modus operandi si pembunuh. “Tak ada nilai edukasinya,” kata
produser Net News. Yang diharapkan NET tv, adalah berita-berita yang mendidik.
Jika kasus pembunuhan, maka sudut pandang berita bisa memberikan himbauan agar
lebih waspada. Jika berita kecelakaan lalu lintas, berita itu bisa memberikan
pendidikan kepada pemirsa untuk lebih berhati-hati dalam berkendara, dst.
Setiap News
yang dihasilkan oleh seorang wartawan, mungkin dhimpun dari
subjektifitas-subjektifitas narasumber yang ditemuinya. Namun, saat News itu sudah menyebar kepada pembaca, maka apa
yang terdapat disana menjadi sebuah realitas dan fakta jurnalistik. Dan Framing, menentukan bagaimana pesan itu
diterima. Kedua hal di atas,
penggunaan bahasa dan penentuan sudut pandang, adalah hal terpenting dalam
melakukan pembingkaian. Sudah sepatutnya hal tersebuat sangat diperhatikan
dalam proses bermedia.[]
Tulisan ini disampaikan dalam diskusi Persma Ideas
Komentar
Posting Komentar