Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

#5BukuDalamHidupku Sosiologi di Zaman SMA

Pelupa dan sedikit sembrono, itu saya. Banyak hal penting dimasa lalu yang seharusnya saya ingat hingga saat ini. Namun karena sifat pelupa ini, tentu hal tersebut sulit terjadi. Dulu saat saya masih duduk dibangku SMP, saya pikir penyakit gampang lupa ini bisa hilang dengan sendirinya seiring saya tumbuh dewasa. Sialnya, ternyata tidak. Hingga pada saat saya SMA, akhirnya dengan berat hati saya memutuskan untuk memilih Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai acuan saya belajar didalam kelas, sewaktu menginjak dikelas dua SMA. Awalnya saya ingin memilih Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena anggapan yang berkembang pada waktu itu, siswa IPA itu lebih pintar dan baik-baik. Untungnya saya berpikir logis, tidak mungkin pribadi pelupa ini menghafal rumus-rumus Kimia dan Fisika. Hal yang paling saya ingat, gara-gara pilihan itu saya sempat risau untuk melanjutkan sekolah. Beberapa bulan saya mengikuti kelas IPS, semua terasa membosankan. Saya banyak disuguhi kehidupan sehari-hari yang...

Papah

Gadis itu menatap ke luar jendela. Ada hujan yang dilihatnya. Sunyi menjalari tubuhnya yang ingin membeku bersama waktu. Jauh dibelakang ia berdiri, orang-orang sedang riuh dalam obrolan-obrolan dunia. Gadis itu tak peduli, telinganya disuruhnya mati mendengar, matanya disuruhnya memandang gelap, hatinya ia biarkan merasa. Tangannya menopang dagu, sayup matanya seolah tak mau berkedip. Angin dan hujan diluar, hanya memandangnya heran. Mereka tak peduli, yang mereka tahu, hanya harus menari diatas tanah hingga lantunan petir berhenti mengiringi langkah gerak mereka. Yang ada dalam kepala gadis itu hanya pria gagah yang ia panggil papah.  *** Saat itu mungkin ia kesulitan mengartikan kematian. Waktu itu ia hanyalah bunga yang baru saja mekar ditaman samping rumah. Saat manusia-manusia lain tengah sesenggukan menangisi kebekuan jasad, ia hanya tahu kalau mereka menyebutnya kematian, tanpa tahu arti kematian itu sendiri. Apa yang bisa dilakukan bunga yang belum sepe...

Pulangnya Anak Ayam

Gambar
Anak ayam itu memulai perjalanannya senja hari nanti. Dia sudah membayangkan bertemu induk dan anak ayam yang lain. Perlahan tapi pasti, langkahnya menuju kandang ayam induknya, menunjukkan kesungguhan dalam setiap derap kaki mungil anak ayam itu. Para tentara dengan sepatu beratnya, sepertinya kalah semangat. Dia hanya sendiri melangkah, hanya ditemani harapan-harapan dan mimpi. Anak ayam itu sudah terlalu lama keluar kandang. Burung elang yang akan memangsanya kapan hari, pertemuan dengan induk cacing yang anak-anaknya telah ia makan, kuman-kuman disela lubang air pembuangan, atau larva-larva kecil di selokan ujung jalan itu. Semuanya ditinggalkannya sejenak. Dia hanya berfikir bahwa apa yang didapatnya saat jauh dari kandang sudah banyak. Tapi dia juga sadar kalau ia masih harus menghabiskan banyak   waktu di luar. Perjalanan kembali menuju kandang kali ini, karena anak ayam ini sadar, meskipun dia lama berjalan-jalan, ada satu hal dan amat penting yang ia lewatkan...

Menulis

Menulis bagi seseorang memiliki banyak arti. Ada yang memahaminya sebagai media untuk mengabadikan sebuah momen, ada yang menganggap menulis sebagai terapi, menulis adalah cara menuangkan perasaan yang paling mudah, dan banyak hal lainnya. Saya termasuk bagian orang-orang yang juga memberikan arti sendiri tentang menulis, hingga hal ini membuat saya berfikir, mungkin aka panjang kalau saya jelaskan dalam sebuah tulisan.  Agak sulit untuk menggambarkan bagaimana keadaan dan perasaan saya saat tidak menuangkan sebaris tulisan saja. Entah saya tergolong orang seperti apa, hampir dalam setiap kondisi akan menulis atau ditengah-tengah proses menulis, saya selalu berfikir kalau tulisan saya akan buruk dan hal ini membuat saya enggan untuk menyampaikannya tulisan saya itu kepada pembaca. Saat ditengah proses menulis, saya juga pernah mengalami hal menjengkelkan, tiba-tiba saja saat tulisan saya hampir selesai, terbersit sebuah fikiran, “tulisan ini kurang bagus”. Akhirnya yang...

Bu Lara Bercerita Kematian

“ seseorang selama empat puluh hari sebe l um ia meninggal, maka akan berperilaku sangat aneh, atau orang-orang dise k itarnya juga mendapati hal-hal aneh yang sebelumnya belum pernah terjadi dalam hidup mereka ” Ujar salah seorang kawan saya. Cerita ini dari ker a bat saya. Kerabat saya ini perempuan, dan dia memiliki dua anak. Anak kandungnya hanya satu , berjenis kelamin laki-laki, serta yang satunya lagi adalah anak hasil adopsi, berjenis kelamin perempuan. Kisah yang akan saya ceritakan adalah kisah anak pertama kerabat saya ini. Sebelumnya, nama kerabat saya ini Bu Lara dan anak laki-lakinya bernama Bambang, sebut saja begitu. Ada kisah menarik dari perempuan lima puluhan tahun itu. Bu Lara menceritakan tentang Bambang. Tentang kisah Bambang sebelum dia dipanggil Tuhan. Saat itu saya tengah di rumah bu Lara, saya kesana karena Bu Lara baru saja pulang dari rumah anaknya.   Bu Lara menceritakan kehidupan anaknya sebelum kejadian naas merenggut nyawa Bambang...