Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Perjalanan Pendek

Gambar
Kehidupan, rangkaian permulaan yang berjalan perlahan menuju proses hingga perlahan akan direnggut oleh sebuah akhir. Kehidupan adalah sebuah perjalanan. Budhha, adalah petualang sejati. Perjalanan yang ia tempuh, menuju sebuah akhir yang suci: kebenaran. Memulai perjalanan, sama saja mengumpulkan segala keberanian yang tersusun di hari-hari kemarin, menjadi sebilah pisau yang akan menumpulkan ragu dan ketakutan di masa depan. *** Kemarin, pada 13 Juni, saya bersama dua orang kawan mencoba sebuah perjalanan pendek. Hitungan jaraknya dari tempat awal kami, tak sampai sepuluh kilometer menuju tempat yang ingin kami tuju. Sederhana, saya memaknai perjalanan yang sekilas itu sebagai sebuah simulasi untuk perjalanan yang lebih panjang. Pendeknya jarak yang saya, dan dua kawan saya tempuh adalah miniatur dunia nyata nantinya. Siang itu, saya masih bermalas-malasan di depan laptop. Sekedar memandangi dinding facebook yang penuh limbah informasi. Di depan saya, tak seberapa ja...

Satu Jam Saja

Beberapa waktu lalu, disela-sela memanasnya berita tentang hasil hitung cepat pilpres pada 9 Juli, ada kabar cuaca bahwa suhu Jakarta menembus angka 25 derajat celcius, sedikit dingin untuk Jakarta yang biasa panas. Saya tahu, berita ini tak memiliki pengaruh apapun terhadap booming-nya berita-berita tentang Quick Count. Malam ini, saya tak tahu Jember berapa derajat suhunya, tak ada media yang mau memberitakannya. Ya, memang tak penting. Yang jelas, saya menulis ini pada malam hari dengan mengenakan jaket, Jember sedang dingin. Kawan saya, di sebelah saya duduk mengajak “panas-panasan!” Mengajak saya menulis cepat, terserah apapun yang ditulis. Selanjutnya tulisan itu akan langsung diposting ke website pribadi masing-masing. Jam sepuluh malam nanti, adalah batas akhir tulisan itu. Tak ada hadiah atau apapun dalam kompetisi ini, Cuma iseng! *** Beberapa hari ini, saya intens mengamati berita-berita media online dan televisi. Semua pada sibuk memberitakan sesaknya atmosfir...

Menulis #2

Saya mau janji. Janji ini muncul  dan tumbuh jadi keinginan karena memang saya ingin berjanji. Saya khawatir, janji saya ini tidak tulus dan suatu saat nanti luntur seiring saya lupa dengan janji saya ini. Terus terang saja, saya itu pelupa, sembrono, dan sialnya juga malas. Saya akui ini, dan sadar kalau hal-hal itu teramat mengganggu siklus hidup saya, dari bangun sampai bangun lagi. Tapi saya juga sadar, penyakit itu harus segera disembuhkan. Menulis di blog itu, seperti membuat catatan penting, walau terkadang tulisan-tulisan di dalamnya ada – bahkan banyak – yang tidak penting. Mulai dari curhat karena kehidupan asmara penulisnya yang buruk, catatan kuliah, resensi buku dan film, hasil petualangan rasa, dan banyak hal lainnya. Membuat catatan penting, karena blog adalah sebuah situs sejarah tentang kita, yang nanti membuat kita hidup lagi setelah kita benar-benar tiada dan musnah dari muka bumi ini. Walau pun setelahnya, saat hidup lagi karena tulisan-tulisan kita, mungk...

Framing dan Dua Hal Penting

Dalam proses bermedia, sebelum sebuah media itu terbit, banyak ritual yang harus dilakukan terlebih dahulu. Salah satunya adalah mendalami tujuan media itu sendiri. Mungkin itu adalah hal utama yang terbersit dalam ruang pikir redaksi. Tujuan disini dilatarbelakangi banyak hal. Kode etik, undang-undang pers, politik redaksi, kondisi lingkungan sosial, dan banyak yang lain. Satu hal yang penting dalam ritual bermedia adalah: pembingkaian ( framing ). Pembingkaian realitas, kemudian meramunya menjadi teks berita, merupakan proses terpenting dalam dapur redaksi. Karena proses pembingkaian itu, menentukan sebuah tujuan itu sampai kepada pembaca. Salah satu unsur yang perlu dperhatikan dalam proses framing , adalah bahasa. Bahasa yang dikembangkan dan penggunaan kata-kata dalam mengonstruksi realitas, dapat ditebak makna dan citra yang hendak dikembangkan media. Sebab, pilihan kata tertentu dapat menuliskan realitas. Kata yang digunakan dalam sebuah news , dapat membatasi seseoran...

Potret Kartini dan Lawan Baru Feminisme

Waktu itu, di era sekitar 1970-an hingga 1980-an, banyak film Indonesia yang sengaja memposisikan perempuan hanya sebagai pelengkap dalam cerita. Jika perempuan dikisahkan sebagai pemeran utama, peran itu kerap berkaitan dengan pandangan bahwa posisi perempuan ada di lingkup kehidupan lokal, sebagai ibu, istri, kekasih, atau anak yang penurut. Sebaliknya pada laki-laki, peran yang ditampilkan selalu berkaitan dengan aktivitas di lingkungan publik, seorang yang mengambil dan menghasilkan keputusan masuk akal. Tapi perlu diingat, waktu itu Kartini juga ‘dihidupkan’ kembali. Dia hidup dalam sebuah film yang disutradarai oleh Sjumanjaja. Di sana tampil sosok Kartini yang tertindas. Sewaktu hidup, kebebasan Kartini dikekang oleh ideologi patriarki yang sangat kental dalam budaya Jawa. Kaum wanita menjadi objek kehidupan laki-laki. Kartini muncul sebagai sosok revolusioner yang berjuang untuk kaumnya. Dia menuntut kesetaraan. Begitulah film itu menjelaskan. ‘R. A. Kartini’...

Surga Kecil dan Televisi yang Ada Disana

Gambar
Ruang dibagian tengah rumahku itu serasa jadi surga yang bapakku bangun untuk keluarganya, utamanya untukku, mungkin. Dulu Setiap kali lelah setelah pulang sekolah, ruang tengah itu akan selalu jadi tujuan pertamaku sesampainya di rumah. Sederhana, disana hanya ada sebuah dipan beralaskan kasur lipat dan sebuah televisi. Rebah sambil memegang remote kontrol dan memainkannya untuk mencari chanel tv yang ku suka. Mulai chanel yang berisikan film-film hollywood tanpa jeda iklan, hingga televisi yang khusus hanya menayangkan iklan-iklan produk peralatan rumah tangga, semuanya ku tonton. Apa yang menarik? Aku tak tahu, hanya saja saat aku melakukan aktifitas di depan televisi dengan posisi seperti itu, serasa nyaman dan lelah sirna seketika. Menyenangkan. Biasanya setiap kali keluargaku dari berbagai daerah kumpul, di ruang tengah itu tempat menjalin kebersamaan. Makan, tidur dan banyak hal menyenangkan lain yang terjadi disana. Kecilku dulu sepertinya juga banyak dihabiska...

Puisi di Sekitarku dan Manuisa

Tetaplah Aku Aku adalah aku Sejauh melangkah tak rapuh langkahku Memandang bumi berayun, tak gentar aku Biar luas membentang, tak lelah aku memandang Inilah aku, melayang saat angin barat datang Diterbangkan angan menuju penuh impian Aku yang sayapnya mampu membelah utara dan selatan Aku dalam gelapku menyilaukan harapan Aku, kuteriakkan namaku diantara bebatuan Pohon-pohon kuharap juga mendengar Lautan tak berombak, biarkan aku kesana Kubuatkan kau gelombang biar kau bersaksi atasku Aku, jauh harapku tentangku Semegah dunia ini berdiri Tetaplah aku yang aku Namun aku, Tetap saja kelu di senja-Mu Basah di gerimis bulan November Aku, tak berujar di awal harimu Inilah aku, dalam diam seusai hujan, tergelincir lidahku Kebingungan Tetaplah duka dalam hitam tak bersinar Biar putih membelai insan gemilang Tetap ia tenggelam dalam bujuk senja Niscaya redup di ujung gelisah Langit mungkin benderang Bumi juga kencang ...